PAKAN

Konsentrat Limah Pertanian

Popular Posts

Entri Populer

Selasa, 12 Maret 2013

Boer & Boerawa Terbaik 'MendhoFarm'

  Boer Terbaik 'MendhoFarm'
Sosro Wardoyo, S.Pt

"HATI-HATI aja, bisa2 anda korban berikutnya...
yg pernah jadi korban. Bilang purebreed, ternyata masih f2. Dan masih BANYAK teman2 yang lain di grup ini yang nasibnya sama dengan teman pak Imran, tapi segan mau ungkapkan disini."

YANG PASTI SAYA SEDIKIT BERKARYA UNTUK NEGRI INI DALAM KAMBING BOER DAN BOERAWA ..... OYEEEE

Selasa, 05 Maret 2013

INOVASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN SECARA INTRAUTERI DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN BEKU TERHADAP KEBUNTINGAN KAMBING

M. DOLOKSARIBU, F.A. PAMUNGKAS, S. NASUTION dan F. MAHMILIA
Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro11-68.pdf

ABSTRAK
Akselerasi produksi kambing Boerawa-Boerka tipe pedaging melalui inovasi teknologi Inseminasi Buatan
telah dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, guna mengetahui tingkat kebuntingan induk
kambing lokal Kacang, Boerka dan Peranakan Etawah yang diinseminasi secara intrauteri dengan
menggunakan bantuan alat laparoskopi. Teknik inseminasi tersebut yaitu menyuntikkan/menyemprotkan
sperma langsung ke dalam cornua uteri, sperma yang digunakan berasal dari pejantan unggul jenis Boer
dalam bentuk semen beku. Total induk yang dipersiapkan pada kegiatan ini sebanyak 93 ekor yang terdiri
dari 3 genotipe induk yaitu PE, Kacang dan Boerka, dari total yang dipersiapkan hanya 83 ekor induk yang
layak di inseminasi berdasarkan kondisi tubuh. Induk yang di inseminasi dikelompokkan ke dalam dua
kelompok yaitu betina yang menunjukkan gejala birahi hasil sinkronisasi estrus dengan penyuntikan hormon
Glandin-N sebayak 65 ekor dan betina yang mengalami gejala birahi alam sebanyak 18 ekor. Seluruh induk
yang di inseminasi benar-benar menunjukkan gejala birahi melalui deteksi pejantan vasektomi. Setelah
inseminasi, induk tersebut dirawat dan pada siklus birahi berikutnya dilakukan test kebuntingan melalui
deteksi birahi dengan pejantan vasektomi. Apabila induk menimbulkan gejala birahi kembali akan dilakukan
pengulangan inseminasi sampai betina tersebut bunting dan melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Conception Rate pada induk kambing yang gejala birahinya secara alam lebih tinggi sebesar 77,78%
dibandingkan dengan hasil penyerentakan birahi yaitu sebesar 13,84%. Berdasarkan jumlah pengulangan
pelaksanaan inseminasi didapatkan Service per-Conception (S/C) sebesar 2,13 hingga ternak tersebut bunting dan melahirkan. Teknlogi Inseminasi Buatan secara intrauteri mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan produktivitas kambing lokal sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul.

Kata Kunci: Inseminasi Buatan, Intrauteri, Service per-Conception dan Semen Beku

KAMBING ‘BOERKA’: KAMBING TIPE PEDAGING HASIL PERSILANGAN BOER X KACANG

SIMON P. GINTING dan FERA MAHMILIA

Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1 Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
(Makalah diterima 9 Mei 2008 – Revisi 24 September 2008)
 http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo183-1.pdf

ABSTRAK

Perkembangan bangsa kambing di dunia mengarah kepada tiga produk utama yaitu daging, susu dan bulu (mohair). Di Indonesia, daging kambing dihasilkan terutama oleh jenis kambing Kacang yang berukuran tubuh kecil dengan laju pertumbuhan lambat, namun prolifik. Pembentukan bangsa kambing tipe pedaging memiliki arti penting karena 1) konsumsi daging kambing nasional dapat lebih dipacu dengan mempromosikan karakteristik daging kambing yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan daging asal ternak ruminansia lain dilihat dari aspek kesehatan, dan 2) pemanfaatan pasar ekspor masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi yang ada, dan hal ini dapat ditingkatkan apabila tersedia bibit kambing dengan kapasitas bobot hidup dan laju pertumbuhan yang tinggi. Kambing Boerka sebagai hasil persilangan kambing Boer dengan kambing Kacang memiliki sifat sebagai kambing pedaging yang baik. Bobot hidup (lahir, sapih, umur 6, 9, 12, 18 bulan dan dewasa) rata-rata lebih tinggi 33 – 48% dibandingkan dengan Kacang. Laju pertumbuhan prasapih dan pascasapih lebih tinggi rata-rata 39 dan 46% dibandingkan dengan Kacang. Selang beranak dengan manajemen yang baik mencapai 233 hari, sehingga dapat melahirkan sebanyak tiga kali dalam waktu dua tahun, seperti halnya kambing Kacang. Karakteristik karkas Boerka, seperti proporsi karkas, panjang karkas dan lebar karkas lebih baik dibandingkan dengan kambing Kacang. pH dan kandungan protein karkas sebanding antara Boerka dengan Kacang, sedangkan kandungan lemak lebih rendah pada kambing Boerka. Upaya pengembangan kambing Boerka kepada masyarakat pengguna membutuhkan adanya suatu sistem yang tepat agar ketersediaan bibit baik dalam hal jumlah maupun kualitasnya lebih terjamin. Prinsip skema pengembangan berbasis inti (nucleus-based breeding) dapat diadopsi dan implementasinya dapat dimodifikasi, sehingga beberapa skema pengembangan sesuai dengan kondisi spesifik Indonesia dapat dirancang sebagai alternatif pilihan. 

Kata kunci: Kambing, pedaging, persilangan, pengembangan


BOER TERBAIK YANG SAYA MILIKI