PAKAN

Konsentrat Limah Pertanian

Popular Posts

Entri Populer

Selasa, 05 Maret 2013

KAMBING ‘BOERKA’: KAMBING TIPE PEDAGING HASIL PERSILANGAN BOER X KACANG

SIMON P. GINTING dan FERA MAHMILIA

Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1 Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
(Makalah diterima 9 Mei 2008 – Revisi 24 September 2008)
 http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo183-1.pdf

ABSTRAK

Perkembangan bangsa kambing di dunia mengarah kepada tiga produk utama yaitu daging, susu dan bulu (mohair). Di Indonesia, daging kambing dihasilkan terutama oleh jenis kambing Kacang yang berukuran tubuh kecil dengan laju pertumbuhan lambat, namun prolifik. Pembentukan bangsa kambing tipe pedaging memiliki arti penting karena 1) konsumsi daging kambing nasional dapat lebih dipacu dengan mempromosikan karakteristik daging kambing yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan daging asal ternak ruminansia lain dilihat dari aspek kesehatan, dan 2) pemanfaatan pasar ekspor masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi yang ada, dan hal ini dapat ditingkatkan apabila tersedia bibit kambing dengan kapasitas bobot hidup dan laju pertumbuhan yang tinggi. Kambing Boerka sebagai hasil persilangan kambing Boer dengan kambing Kacang memiliki sifat sebagai kambing pedaging yang baik. Bobot hidup (lahir, sapih, umur 6, 9, 12, 18 bulan dan dewasa) rata-rata lebih tinggi 33 – 48% dibandingkan dengan Kacang. Laju pertumbuhan prasapih dan pascasapih lebih tinggi rata-rata 39 dan 46% dibandingkan dengan Kacang. Selang beranak dengan manajemen yang baik mencapai 233 hari, sehingga dapat melahirkan sebanyak tiga kali dalam waktu dua tahun, seperti halnya kambing Kacang. Karakteristik karkas Boerka, seperti proporsi karkas, panjang karkas dan lebar karkas lebih baik dibandingkan dengan kambing Kacang. pH dan kandungan protein karkas sebanding antara Boerka dengan Kacang, sedangkan kandungan lemak lebih rendah pada kambing Boerka. Upaya pengembangan kambing Boerka kepada masyarakat pengguna membutuhkan adanya suatu sistem yang tepat agar ketersediaan bibit baik dalam hal jumlah maupun kualitasnya lebih terjamin. Prinsip skema pengembangan berbasis inti (nucleus-based breeding) dapat diadopsi dan implementasinya dapat dimodifikasi, sehingga beberapa skema pengembangan sesuai dengan kondisi spesifik Indonesia dapat dirancang sebagai alternatif pilihan. 

Kata kunci: Kambing, pedaging, persilangan, pengembangan


0 komentar:

Posting Komentar