PAKAN

Konsentrat Limah Pertanian

Popular Posts

Entri Populer

Rabu, 30 Oktober 2013

PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING; Sentra Ternak Kambing Pedaging Rambon Kepala Hitam Di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung



ABSTRAK

Sosro Wardoyo, S.Pt., PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING; Sentra Ternak Kambing Pedaging Rambon Ras Kepala Hitam Di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung



Kampoeng Ternak merupakan lembaga jejaring dari Dompet Dhuafa (DD), sebuah organisasi nirlaba yang mengelola dana zakat, infaq, sedekah, wakaf, dana-dana kemanusiaan, dan dana-dana sosial perusahaan (corporate social responsibility). Aktivitas utama Kampoeng Ternak Nusantara adalah pengembangan usaha peternakan yang berbasiskan pada peternakan rakyat. Kampoeng Ternak Nusantra concern untuk menumbuh-kembangkan entitas dan iklim kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dalam komunitas peternakan rakyat, meningkatkan kualitas kesejahteraan petani-peternak, membangun jaringan peternakan rakyat di Indonesia.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang model pemberdayaan Kampoeng Ternak Nusantara serta berbagi pengalaman atas perjalanan proses pemberdayaan peternak di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung.

Melalui pemberdayaan peternak yang melibatkan 63 peternak yang tergabung dalam 4 kelompok di 4 pekon, dengan ternak sebar adalah 321 ekoryang terdiri dari bibit induk pejantan dan betina jenis rambon ras kepala hitam 18 pejantan dan 192 induk dan 111 bakalan kambing jawarandu.

Jumlah ternak awal yang didroping ke peternak pada akhir Desember 2012 sebanyak 321 ekor bibit sebar (18 ekor pejantan rambon kepala hitam, 210 ekor induk betina rambon kepala hitam dan 111 ekor bakalan untuk penggemukan). Jumlah bibit sebar tersebut disalurkna ke peternak awal sebanyak 63 peternak yang tersebar pada 4 kelompok ternak di 4 desa di kecamatan Pagelaran, kabupaten Pringsewu. Perbandingan penggunaan pejantan saat awal droping yaitu 1 : 10,6 ekor dengan rataan setiap peternak memlihara 3 induk betina dan 1,7 ekor bakalan penggemukan. Dalam perjalanannya selama 10 bulan ini terjadi penyusutan sebesar 36,7% yaitu penyusutan jual bakalan yang sudah di pelihara sebagai ternak kurban 1434 H dan penyusutan induk karena kematian.

Penyusutan penjualan bakalan di rancang untuk mempercepat peningkatan pendapatan peternak dimana dalam 10 bulan pendampingan pembibitan ternak masih sedikit kelahiran dan masih posisi menyusui sehingga model penggemukan cukup menunjang dari tujuan program yaitu peningkatan pendapatan peternak. Jumlah penjualan ternak bakalan sebanyak 94 ekor (80,3%), induk pejantan jual karena kondisi kesehatan 1 ekor (0,9%). Untuk kematian ternak dari bakalan, anak dan induk sebanyak 23 ekor (19,6%), penyusutan kematian induk cukup besar yaitu sebesar 13 ekor (11,1%).

Induk awal 192 ekor maka ada sebanyak 58 ekor induk (30,2%) yang sudah pernah melahirkan dengan jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 83 ekor, sehingga dari hasil analisa reproduksi maka didapatkan nilai Litter Size (LS) sebesar 1,43%, yang berati setiap kelahiran induk menghasilkan anak sebanyak 1,43 ekor. Jumlah anak yang sudah dihasilkan sebanyak 83 ekor yang terdiri dari 49 ekor jantan (59%) dan 34 ekor betina (41%).

Perkembangan kelompok pada bulan ke-10 (Oktober 2013) atas keberadaan status struktur organisasi, aturan kelompok, pembiayaan oprasional, produktifitas ternak dan partisipasi anggota didapat dua golongan kelompok dengan performen baik yaitu Kelompok Sido Muncul, Sumber Maju, dan Karya Candi. Namun ada kelompok yang memiliki performen kurang baik yaitu Kelompok Ganjar Sari, sehingga kelompok dengan performen kurang baik ini masih sangat membutuhkan pendampingan  yang intensif dari segi oganisasi dan produktifitas ternak.


Kata kunci; pemberdayaan, kambing rambon, kelompok ternak. 

https://www.facebook.com/notes/sosro-wardoyo/pemberdayaan-peternak-kambing-produksi-kambing-pedaging-rambon-kepala-hitam-di-k/10151862600514300

https://www.facebook.com/sosro.wardoyo/media_set?set=a.1075563625050.9734.1704992201&type=1

Minggu, 07 Juli 2013

Exspose Dasar Penentuan Standarisasi Kambing Saburai Lampung


Sumber; BPTU KDI PELAIHARI
Dalam Acara : Exspose Dasar Penentuan Standarisasi Kambing Saburai Lampung


Dasar Penentuan :
1. Rumusan hasil semiloka "Kita Wujudkan Lampung Sebagai Bumi Boerawa" tanggal 29 Juli 2007 di hotel Marcopolo
2. Pencanangan Tanggamus Bumi Boerawa Cikal Bakal Kambing Saburai Kebanggaan Lampung 30 juli 2007







Foto Foto Ternak Boer

Dengan perjuangan yang cukup keras sejak 2005 saya berusaha mengembangkan kambing boer.
Tahun 2013 ini mulailah menggeliat peternak boer namun cukup berat yang saya alami mulai dari cacian dan makian peternak boer baru sampai senior. Namun langkah ini tetap terus maju dengan dengan segala kendala.







Selasa, 12 Maret 2013

Boer & Boerawa Terbaik 'MendhoFarm'

  Boer Terbaik 'MendhoFarm'
Sosro Wardoyo, S.Pt

"HATI-HATI aja, bisa2 anda korban berikutnya...
yg pernah jadi korban. Bilang purebreed, ternyata masih f2. Dan masih BANYAK teman2 yang lain di grup ini yang nasibnya sama dengan teman pak Imran, tapi segan mau ungkapkan disini."

YANG PASTI SAYA SEDIKIT BERKARYA UNTUK NEGRI INI DALAM KAMBING BOER DAN BOERAWA ..... OYEEEE

Selasa, 05 Maret 2013

INOVASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN SECARA INTRAUTERI DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN BEKU TERHADAP KEBUNTINGAN KAMBING

M. DOLOKSARIBU, F.A. PAMUNGKAS, S. NASUTION dan F. MAHMILIA
Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro11-68.pdf

ABSTRAK
Akselerasi produksi kambing Boerawa-Boerka tipe pedaging melalui inovasi teknologi Inseminasi Buatan
telah dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, guna mengetahui tingkat kebuntingan induk
kambing lokal Kacang, Boerka dan Peranakan Etawah yang diinseminasi secara intrauteri dengan
menggunakan bantuan alat laparoskopi. Teknik inseminasi tersebut yaitu menyuntikkan/menyemprotkan
sperma langsung ke dalam cornua uteri, sperma yang digunakan berasal dari pejantan unggul jenis Boer
dalam bentuk semen beku. Total induk yang dipersiapkan pada kegiatan ini sebanyak 93 ekor yang terdiri
dari 3 genotipe induk yaitu PE, Kacang dan Boerka, dari total yang dipersiapkan hanya 83 ekor induk yang
layak di inseminasi berdasarkan kondisi tubuh. Induk yang di inseminasi dikelompokkan ke dalam dua
kelompok yaitu betina yang menunjukkan gejala birahi hasil sinkronisasi estrus dengan penyuntikan hormon
Glandin-N sebayak 65 ekor dan betina yang mengalami gejala birahi alam sebanyak 18 ekor. Seluruh induk
yang di inseminasi benar-benar menunjukkan gejala birahi melalui deteksi pejantan vasektomi. Setelah
inseminasi, induk tersebut dirawat dan pada siklus birahi berikutnya dilakukan test kebuntingan melalui
deteksi birahi dengan pejantan vasektomi. Apabila induk menimbulkan gejala birahi kembali akan dilakukan
pengulangan inseminasi sampai betina tersebut bunting dan melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Conception Rate pada induk kambing yang gejala birahinya secara alam lebih tinggi sebesar 77,78%
dibandingkan dengan hasil penyerentakan birahi yaitu sebesar 13,84%. Berdasarkan jumlah pengulangan
pelaksanaan inseminasi didapatkan Service per-Conception (S/C) sebesar 2,13 hingga ternak tersebut bunting dan melahirkan. Teknlogi Inseminasi Buatan secara intrauteri mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan produktivitas kambing lokal sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul.

Kata Kunci: Inseminasi Buatan, Intrauteri, Service per-Conception dan Semen Beku

KAMBING ‘BOERKA’: KAMBING TIPE PEDAGING HASIL PERSILANGAN BOER X KACANG

SIMON P. GINTING dan FERA MAHMILIA

Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1 Sei Putih, Galang 20585, Sumatera Utara
(Makalah diterima 9 Mei 2008 – Revisi 24 September 2008)
 http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo183-1.pdf

ABSTRAK

Perkembangan bangsa kambing di dunia mengarah kepada tiga produk utama yaitu daging, susu dan bulu (mohair). Di Indonesia, daging kambing dihasilkan terutama oleh jenis kambing Kacang yang berukuran tubuh kecil dengan laju pertumbuhan lambat, namun prolifik. Pembentukan bangsa kambing tipe pedaging memiliki arti penting karena 1) konsumsi daging kambing nasional dapat lebih dipacu dengan mempromosikan karakteristik daging kambing yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan daging asal ternak ruminansia lain dilihat dari aspek kesehatan, dan 2) pemanfaatan pasar ekspor masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi yang ada, dan hal ini dapat ditingkatkan apabila tersedia bibit kambing dengan kapasitas bobot hidup dan laju pertumbuhan yang tinggi. Kambing Boerka sebagai hasil persilangan kambing Boer dengan kambing Kacang memiliki sifat sebagai kambing pedaging yang baik. Bobot hidup (lahir, sapih, umur 6, 9, 12, 18 bulan dan dewasa) rata-rata lebih tinggi 33 – 48% dibandingkan dengan Kacang. Laju pertumbuhan prasapih dan pascasapih lebih tinggi rata-rata 39 dan 46% dibandingkan dengan Kacang. Selang beranak dengan manajemen yang baik mencapai 233 hari, sehingga dapat melahirkan sebanyak tiga kali dalam waktu dua tahun, seperti halnya kambing Kacang. Karakteristik karkas Boerka, seperti proporsi karkas, panjang karkas dan lebar karkas lebih baik dibandingkan dengan kambing Kacang. pH dan kandungan protein karkas sebanding antara Boerka dengan Kacang, sedangkan kandungan lemak lebih rendah pada kambing Boerka. Upaya pengembangan kambing Boerka kepada masyarakat pengguna membutuhkan adanya suatu sistem yang tepat agar ketersediaan bibit baik dalam hal jumlah maupun kualitasnya lebih terjamin. Prinsip skema pengembangan berbasis inti (nucleus-based breeding) dapat diadopsi dan implementasinya dapat dimodifikasi, sehingga beberapa skema pengembangan sesuai dengan kondisi spesifik Indonesia dapat dirancang sebagai alternatif pilihan. 

Kata kunci: Kambing, pedaging, persilangan, pengembangan


BOER TERBAIK YANG SAYA MILIKI


Minggu, 27 Januari 2013

PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PADA PROGRAM KERJASAMA PENGEMBANGAN KAMBING BOERAWA KAMPOENG TERNAK

PENGALAMAN PEMBERDAYAAN PETERNAK KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PADA PROGRAM KERJASAMA PENGEMBANGAN KAMBING BOERAWA KAMPOENG TERNAK 

Universitas Lampung


PURNOMO, SUGENG PRAYITNO, SOSRO WARDOYO, dan SADAR
ABSTRACT  

Kampoeng Livestock is a network of institutions Dhuafa Wallet Republika (DD), a non-profit organization that
manage zakat funds, infaq, charity, charitable, humanitarian funds, and funds social enterprise (corporate social
responsibility). Livestock Kampoeng main activity is the development of animal husbandry based on
farm people. Livestock Kampoeng concern for menumbuh-entity and develop a climate of social entrepreneurship (social
Entrepreneurship) in the farm community of the people, improve the quality of the welfare of farmers, breeders, build
network of people farming in Indonesia.
This paper is intended to provide information on the empowerment model Kampoeng Livestock and share
travel experiences on the empowerment of breeders in the District Tanggamus.
Through the empowerment of farmers who collaborate with the District of Tanggamus at the beginning of the program
involving 120 farmers who joined in the 6 groups in 6 villages in 4 districts, with the cattle is the beginning sebar
600 head goat hybrid seeds Ettawa (PE) female, 60 tails pejantan boerawa (F1) and 2 pejantan PE.
Cattle used in this observation that as many as 600 head Goat parent PE. While for the number of children
observed as many as 461 children tails and goat PE Boerawa, consisting of 216 male children and tails tails 245 children
female. In analysis of data from individual animals are first grouped based on the type of
kelaminnya. The data biometri body measurements and other livestock is directly in
support the selection of activities, including: birth weight and liter size.

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

M. Arifin, Liman ., K. Adhianto

Abstract


The aims of the research is done to study the influence of additional concentrate with the difference crude protein value on bassal ration to the performance Boerawa goat – pasca weaning. The goat used is Boerawa goat - pasca weaning was used as many as 20 goats with average beginning weight 18,25 ± 6,13 kg/goats from Gisting. This research uses randomized block design, consists of four treatments, R0= bassal ration, R1= R0 (60%) + concentrate A (40%), R2= R0 (60%) + concentrate B (40%), and R3= R0 (60%) + concentrate C (40%), with five replications. The fresh water was given Boerawa goat by ad libitum during the research. The result of the research shows: there was significant effect (P<0,01) of additional concentrate on bassal ration for the feeding consumption of Boerawa goat – pasca weaning, on the contrary there were no significant effect (P>0,05) for the increasing of body weight, protein efficiency ratio, and feeding conversion.
Key word: concentrate, performance, crude protein, Boerawa goat.

Penampilan Reproduksi (Service Per Conception, Lama Kebuntingan Dan Selang Beranak) Kambing Boerawa Di Kecamatan Gedong Tataan Dan Kecamatan Gisting

Penampilan Reproduksi (Service Per Conception, Lama Kebuntingan Dan Selang Beranak) Kambing Boerawa Di Kecamatan Gedong Tataan Dan Kecamatan Gisting

Adi Sulaksono, Sri Suharyati, Purnama Edy Santosa

Abstract


The purpose of this research is to know data about the reproduction performance (service per conception, conception rate and calving interval) of Boerawa goat in Gedong Tataan and Gisting District. This research used survey method. The primary and secondary data was used analyzed by descrptively. The result showed that the service per conception in Gedong Tataan District is 1,35 and in Gisting District is 1,34; conception rate in Gedong Tataan District is 157,1 days and in Gisting District in 154,7 days; and calving interval in Gedong Tataan District is 277,123 days and  in Gisting District is 240,245 days.

Key words: Boerawa Goat, service per conception, conception rate, calving interval

Estimasi Parameter Genetik Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung (Genetic Parameters Estimation on Growth Traits of Boerawa Goat at Tanggamus Regency Lampung Province)

Estimasi Parameter Genetik Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung (Genetic Parameters Estimation on Growth Traits of Boerawa Goat at Tanggamus Regency Lampung Province)

Veronika Yuneriati Beyleto, Sumadi (Sumadi), Tety Hartatik

Abstract


This research was conducted to estimate heritability, repeatability and genetic correlation values on growth traits of Boerawa goat at Sumber Rejeki farmer group at Campang Village, Gisting District and Karya Makmur I and Karya Makmur II farmer group at Wonoharjo and Sukoharjo Village, Sumber Rejo District, Tanggamus regency, Lampung province. Data consisted of production record and 238 Boerawa goat derived from 93 PE and 7 Boer buck.
The research was started on October 30, 2009 up to January 30, 2010. The results indicated that heritability value of birth weight, weaning weight, yearling weigth, average of preweaning daily gain, and average of postweaning weight
analyzed by paternal half-sibs correlation were 0.80±0.40; 0.30±0.17; 0.80±0.04; 0.32±0.18 and 0.30±0.17, respectively. The repeatability values of birth weight, weaning weight and yearling weight analyzed based on two
recording per every dam were 0.42±0.07; 0.32±0.08; 0.30±0.08; 0.30±0.08 and 0.53±0.06. The genetic correlation values among birth weight and weaning weight, birth weight and yearling weight, weaning weight and yearling weight,
average of preweaning weight and postweaning weight daily gain analyzed by paternal half-sibs correlation were 0.50±0.04; 0.44±0.08; 0.21±0.03 and 0.20±0.05, respectively. The result also indicated that the heritability and
repeatability values was high and the genetic correlation values were moderate to high.
(Key words: Boerawa goat, Genetic parameter, Growth character)

Productivity PERFORMAN INDEX AND HOME AND BOERAWA Goat Goat hybrid maintenance ETAWA TO PEOPLE

Productivity PERFORMAN INDEX AND HOME AND BOERAWA Goat Goat hybrid maintenance ETAWA TO PEOPLE

University of Lampung

AKHMAD DAKHLAN Akhmad DAKHLAN
Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung Department of Animal Production Faculty of Agriculture, University of Lampung
Telp/Faks (0721) 773552, email: nalhkad69@plasa.com atau jptfp@unila.ac.id Phone / Fax (0721) 773552, email: nalhkad69@plasa.com or jptfp@unila.ac.id

ABSTRACT Abstract
This research was conducted to evaluate and to compare the performance of Boerawa does and Etawa Grade does, ie: (a) This research was conducted to Evaluate and to compare the performance of Boerawa and does Etawa Grade does, ie: (a)
weaning weight, (b) litter size, (c) kidding interval, and d) does productivity index. weaning weight, (b) litter size, (c) kidding interval, and d) does productivity index.
This research was conducted on June 2006 in Campang Village, Gisting District, Tanggamus Regency. This research was conducted on June 2006 in Campang Village, Gisting District, Tanggamus Regency. Survey methode was Survey was methode
used to get the material research including recording of mating, birthday, birth weight, and weaning weight of thirty Boerawa used to get the research materials, including recording of mating, birthday, birth weight, and weaning weight of thirty Boerawa
does and thirty Etawa grade that burning twice and three time of kidding. does and that thirty Etawa grade twice and three burning time of kidding.
The result showed that average of Boerawa weaning weight (17,88±0,77 kg) bigger (P<0,05) than Etawa Grade (16,30±1,21 The result showed that average Boerawa of weaning weight (17.88 ± 0.77 kg) bigger (P <0.05) than Etawa Grade (16.30 ± 1.21
kg). kg). Kidding interval of Boerawa does (11,77±0,41 month) did not differ (P>0,05) from Etawa Grade does (11,82±0,48). Kidding interval of Boerawa does (11.77 ± 0.41 month) did not differ (P> 0.05) from Grade Etawa does (11.82 ± 0.48). Litter Litter
size of Boerawa does (1,71±0,37 ekor) did not differ (P>0,05) from Etawa Grade does (1,57±0,28). size of Boerawa does (1.71 ± 0.37 tail) did not differ (P> 0.05) from Grade Etawa does (1.57 ± 0.28). The result indicated also The result also indicated
that productivity index of Boerawa does (30,14±7,31 kg) higher (P<0,05) than of Etawa Grade (25,28±5,25 kg). index of productivity that does Boerawa (30.14 ± 7.31 kg) higher (P <0.05) than of Etawa Grade (25.28 ± 5.25 kg).

Keywords: Performance, Boerawa and PE goat, Does productivity index Keywords: Performance, Boerawa and PE goat, Does productivity index
http://lemlit.unila.ac.id http://lemlit.unila.ac.id

Nilai Pemuliaan Sifat-Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa Grade 1-4 Pada Tahapan Grading Up Kambing Peranakan Etawah Betina Oleh Pejantan Boer

Nilai Pemuliaan Sifat-Sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa Grade 1-4 Pada Tahapan Grading Up Kambing Peranakan Etawah Betina Oleh Pejantan Boer
June 6, 2009 
Oleh: Sulastri,Ir.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung
Dibuat: 2007-12-28
Keywords: PERTUMBUHAN KAMBING,PERANAKAN ETAWAH BETINA,PEJANTAN BOER

RINGKASAN
Penelitian dilakukan pada populasi kambing milik anggota kelompok tani Sumber ezeki, Desa Campang I, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus dengan metode eksperimental. Tujuan penelitian secara keseluruhan adalah embandingkan performans pertumbuhan, performans reproduksi, performans produksi, dan mutu genetik kambing Boerawa (Saburai ) Grade 2 (G2) dengan ambing Saburai Filial 1 (F1). Pengamatan tahun pertama dimulai 4 Januari ampai dengan 15 September 2007 dengan tujuan membandingkan performans ambing Saburai G2 dengan Saburai FI. Bahan penelitian terdiri dari 30 ekor ambing Saburai G2 dan 30 ekor Saburai Filial 1 (F1) betina yang sudah beranak satu kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans pertumbuhan (ratarata obot lahir =3,83 ± 0,13 kg, bobot sapih=24,62 ± 0,93 kg, dan bobot ahunan = 41,28 ± 1,87 kg) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada Saburai Fl (rata-rata bobot lahir = 2,87 ± 0,15 kg, bobot sapih=24,01 ± 1,35 kg, dan bobot setahunan = 38,38 ± 0,94 kg ). Performans reproduksi (efisiensi reproduksi 115,38 ± 12,31 %, service per conception=1,200 ± 0,407 kali, dan litter ize=1,94 ± 0,28 ekor ) lebih baik (P<0,05) daripada kambing Saburai F1(efisiensi reproduksi = 113,17 ± 6,69 %, service per conception=1,80 ± 0,61 kali, an litter size=1,67 ± 0,01 ekor ). Performans produksi (nilai Daya Produktivitas induk = 28,61 ± 2,46 kg dan Indeks Produktivitas Induk =77,90 ± 11,28 kg,) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada kambing Boerawa (Saburai) Fl (Daya Produktivitas Induk = 25,69 ± 1,50 kg dan Indeks Produktivitas Induk = 70,84 ± 11,90 kg). Mutu genetik (Nilai Pemuliaan = 25,78 ± 1,89 kg dan Most Probable Producing Ability pada bobot sapih= 24,80 ± 0,63 kg ) kambing Saburai G2 lebih tinggi daripada kambing Saburai F1 (Nilai Pemuliaan = 22,71 ± 0,76 kg dan Most Probable Producing Ability =22,71 ± 0,71 kg). Disimpulkan bahwa performans kambing Saburai G2 lebih baik daripada Saburai Fl.